Selasa, 02 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN BASALIOMA NASOLABIAL SINISTRA

ASUHAN KEPERAWATAN BASALIOMA NASOLABIAL SINISTRA

BATASAN :
Merupakan tumor ganas dari kulit terdapat adanya lesi yang berbentuk ulkus nodule pada daerah wajah.

PATOFISIOLOGI
FAKTOR PREDISPOSISI :
a.       Faktor dari luar : Radiasi, Bahan kimia, Trauma, Luka bakar, Peradangan kronik, dan Tahi lalat.
b.      Faktor dari dalam : Genetika, Seroderma pigmentosum, nevus sebaseus, dan nevus epidermal yang linier.

TANDA-TANDA KEGANASAN KULIT :
1.      Adanya rasa gatal dan nyeri.
2.      Perubahan warna (gelap, pucat, dan terang).
3.      Ukuran membesar dan permukaan tak rata.
4.      Pelebaran tak merata kesamping.
5.      Perdarahan.
6.      Ulserasi / infeksi yang sukar sembuh.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :
·         Biasanya keluhannya sudah lama, adanya rasa gatal, nyeri, adanya bercak pada kulit dan metastase.

KEPERAWATAN :
 Masalah Keperawatan :
·         Ansietas
·         Gangguan penampilan diri.
·         Kerusakan integritas kulit.
·         Perubahan proses keluarga.
·         Perubahan nutrisi

Diagnosa keperawatan :
·         Ansietas yang berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal dan ketidak cukupan pengetahuan tentang kanker dan pengobatannya.
·         Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan penampilan.
·         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan pada epidermis dan adanya lesi pada kulit muka.
·         Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan rasa takut berkaitan dengan diagnosa kanker (basalioma) kulit.
·         Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhannya yang berhubungan dengan penurunan masukan oral / tak adekwat dan peningkatan kebutuhan metabolisme penyakitnya.

INTERVENSI DAN RASIONAL
1.         Ansietas yang berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal dan ketidak cukupan pengetahuan tentang kanker dan pengobatannya.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Berikan kesempatan pada keluarga dan klien mengungkapkan perasaannya (nyeri)
  1. Lakukan kontak yang sering dan berikan suasana yang rileks .
  2. Tunjukkan sikap tidak menilai dan mendengar penuh perhatian.
  3. Gali perasaan dan perilaku sendiri.

2.      Jelaskan rutinitas rumah sakit meliputi jadwal pemeriksaan, tujuan pengobatan, dan lingkungan rumah sakit.

3.      Tunjukkan adanya harapan kesembuhan.




4.      Tingkatkan aktivitas fisik dan latifan fisik.

1.             Kontak sering oleh perawat menunjukkan perhatian, penerimaan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dan perawat sadar bagaimana pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya



2.             Gambaran yang akurat tentang prosedur membantu menghilangkan ansietas dan ketidaktahuan klien.


3.             Klien  yang bereaksi terhadap diagnosis basiloma harus berharap kesembuhan. Harapan diperlukan untuk mengatasi beratnya beban pengobatan.

4.             Aktifitas fisik memberikan pengalihan dan rasa normal. Klien yang melakukan latihan fisik dapat memperbaiki kualitas hidup.



2.         Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan penampilan.

INTERVENSI
RASIONAL
1.         Kontak dengan klien sering dan perlakukan dengan hangat serta sikap yang positif.
2.         Berikan dorongan klien untuk mengekspresikan perasaannya dan pikirannya  tentang hal-hal :
a.       Kondisinya.
b.      Perkembangannya.
c.       Pronogsis.
d.      Perawatan dan pengobatan.

3.         Bantu klien untuk mengidentifikasi yang positif dan kemungkinan dengan penampilan yang baru.

4.         Latih saat berpakaian dan higiene sesuai kebutuhan.

5.         Bantu klien untuk meningkatkan kemandirian dan mempertahankan penampilan.
1.      Kontak yang sering memberikan perhatian dan menumbuhkan rasa percaya diri pada klien.
2.      Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan dapat memberikan jalan keluar untuk mengungkapkan rasa takut dan dapat meningkatkan kesadaran diri dengan mendekatkan pada kekuasaan Allah.


3.      Perawat menegaskan aspek positif dan mendorong klien untuk memadukannya kedalam konsep diri yang baru.

4.      Partisipasi dalam perawatan diri dan membantu koping positif.

5.      Komponen yang sangat berpengaruh dari konsep diri adalah kemampuan untuk melaksanakan fungsi sehingga menurunkan ketergantungan pada orang lain.

3.         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan pada epidermis dan adanya lesi pada kulit muka.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Identifikasi tahap perkembangan ulkus atau kaji kedalaman ulkus.
2.      Berikan lingkungan fisiologis dan aseptik terhadap luka.
3.      Bersihkan dengan larutan yang tidak menyebabkan iritasi.

4.      Berikan penjelasan dan lakukan kolaborasi dengan tim medis.


1.           Agar dapat menentukan tingkat kerusakan dari integritas kulit.
2.           Mencegah proses infeksi lebih lanjut.

3.           karena iritasi dapat memperparah keadaan luka.

4.           Agar keluarga mengerti keadaan pasien dan rencana tindakan yang diambil sehingga mudah mengambil keputusan dan memperlancar jalannya operasi/pengobatan.

4.         Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan rasa takut berkaitan dengan diagnosa kanker (basalioma) kulit.

INTERVENSI
RASIONAL
1.                Tunjukan pengertian tentang situasi dan dampaknya pada keluarga.



2.                Gali persepsi anggota keluarga tentang situasi dan berikan dorongan pengungkapan perasaan, seperti rasa bersalah, menyalahkan dan berduka.
3.                Tentukan apakah mekanisme koping saat ini efektif.

4.                Lakukan tindakan untuk meningkatkan kekuatan keluarga :
a.       Akui bantuan anggota keluarga.
b.      Libatkan keluarga dalam perawatan klien
c.       Berikan dorongan untuk menggunakan humor.
d.      Berikan dorongan untuk berkomunikasi
   
1.      Mengkomunikasikan pengertian, kekhawatiran dan perhatian menumbuhkan rasa percaya dan menguatkan hubungan perawat dan klien.
2.      pengungkapan dapat memberikan kesempatan untuk  klarifikasi dan validasi serta kekhawatiran, menunjang kebutuhan keluarga.
3.      Penyakit dari keluarga menyebabkan perubahan besar mendapatkan keluarga berisiko tinggi maladaptif.
4.      Langkah-langkah ini dapat mempertahankan struktur keluarga dan fungsinya yang sudah ada pendukungnya.

5.         Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhannya yang berhubungan dengan penurunan masukan oral / tak adekwat dan peningkatan kebutuhan metabolisme penyakitnya.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kebutuhan kalori klien yang realistik.

2.      Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekwat.

3.      Berikan suasana makan yang releks dan siapkan porsi makannya.

4.      Atur agar dietnya sesuai yaitu TKTP
1.      Kerja sama dengan ahligizi penting untuk mendapatkan nutrisi yang adekwat.
2.      Pemahaman tentang nutrisi sangat diperlukan sehingga klien dan keluarga menjadi lebih kooperatif.
3.      Agar dapat meningkatkan selera makan klien.

4. Diperlukan untuk menganti kebutuhan  atau bagian tubuh yang rusak dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Mclane, alih bahasa Ni Luh Gede Yasmin, SKp (1994), Diagnosa Keperawatan,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

2.      Lynda juall Carpenito alih bahasa Monika ester,SKp (1999), Buku Saku Diagnosa keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

3.      Jan Tambayong,dr.alih bahasa Monika Ester SKp (1999),Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

4.      ……………, (1995), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Penerbit Bagian Ilmu bedah Fakultas Kedokteran Unibra RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

            Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung  hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium.  Penyakit ini  harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak  bergerak  dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
  1. Non rhemathogen retina detachmen :
a.       Malignancy hypertensi
b.      Choriodal tumor
c.       Chorioditis
d.      Retinopati
  1. Rhemathogen retina detachmen :
a.       Trauma
b.       Degenerasi
c.       Kelainan vitreus
Etiologi :
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan  atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi).  Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum.  Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM,  proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Faktor predisposisi :
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.
Pemeriksaan penunjang :
Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah temporal superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang, terdapat defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat maka terjadi glaukoma neomuskular pada Ablasi yang lama.
Penatalaksanaan :
Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya, seperti :Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler.
Usaha Pre-operatif :
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total).  Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep).  Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.
Usaha Post-operatif :
            Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala, per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow –up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala dan badan  dipertahankan sedikitnya 12 hari.  Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 – 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48 jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka kedua mata harus ditutup selama 12 – 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu diberikan instruksi sebagai berikut :
-          Jangan membaca.
-          Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.
-          Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata di tutup.
Obat – obat :
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah.  Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit.  Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %.  Bila kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres dingin. 
Follow Up:
Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan.  Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca bedah.  Visus terlihat kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah.
Prognosis :
90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas lagi.

Fokus pengkajian :
-          Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak
-          Gangguan lapangan pandang
-          Melihat bendan bergerak seperti tirai
-          Bila mengenai makula visus sentral  sangat menurun
-          Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan
-          Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole
-          Diperlukan tindakan pembedahan/operasi.

Diagnosa perawatan Pre-operasi yang mungkin terjadi
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan :
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria :
- Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total.
- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan klien untuk bedrest total
Agar lapisan saraf yang telepas tidak bertambah parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total
Agar klien mematuhi dan mengerti maksud pemberian /perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, meng-
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang  terlepas  .
Jaga kebersihan mata
Mencegah terjadinya infeksi,agar mem permudah pemeriksaan dan tindakan operasi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter.
Diharapkan dengan pembnerian obat-obat
Kondisi penglihatan dapat dipertahankan/
Dicegah agar tidak menjadi parah


Ansietas yang berhubungan dengan ancaman  kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman hati
Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.
Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.
Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan :
 Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
-          Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik yg efektif.
Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri.
Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.
Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping prognosis penyakitnya.
Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan & perlakuan yang tidak menyenangkan.